Rabu, 02 Januari 2019

Rev 1 Dwi Ristyani NIM 2017082056 SIKAP KANDEL (AJARAN KI HAJAR DEWANTARA) PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJHURUAN (SMK)


SIKAP KANDEL (AJARAN KI HAJAR DEWANTARA)
PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJHURUAN (SMK)

Oleh
Dwi Ristyani NIM 2017082056


Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah daya upaya memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup, yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya (Ki Hadjar Dewantara, 2013: 26).  Sehingga pendidikan tidak semata-mata mentrasfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik, tetapi juga mentransfer nilai-nilai budi pekerti dan nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal.  Pada pendidikan di Tamansiswa  Ki  Hadjar   Dewantara  juga   mengajarkan   bahwa   dalam   mempelajari     sesuatu sebaiknya bersendikan “ngandel-kendel-bandel-kandel”.
Salah satu sikap yang diajarkan Ki Hadjar Dewantara yaitu sikap kandel wajib diajarkan kepada masyarakat karena manusia yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia akan terbentuk melalui proses pendidikan. Istilah “kandel” bisa diartikan iman yang mencakup keseluruhan bagian agama baik yang berkaitan dengan amalan hati dan anggota tubuh. Iman juga merupakan menampakkan ketundukan syariat kepada Tuhan dan terhadap apa yang dibawa oleh utusannya, serta meyakini dan membenarkannya dengan hati, tanpa ada kebimbangan dan keraguan (Agung Jatmiko, 2012: 13 dalam Rahmatang, 2017). Iman adalah meyakini akan adanya Tuhan Yang Maha Esa, ini diwujudkan dengan kepatuhan dan ketaatan dalam melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi segala larangan-Nya.
Proses pendidikan ini terjadi dan berlangsung seumur hidup baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun di masyarakat. Melalui proses pendidikan, setiap masyarakat dibina dan ditingkatkan keimanannya dan ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulianya. Dengan demikian, meningkatkan keimanan, ketakwaan dan berakhlak mulia, sebagai salah satu unsur tujuan pendidikan nasional mempunyai makna dalam membentuk masyarakat Indonesia yang berbudi pekerti luhur.
Karakter adalah sifat pribadi yang relatif stabil pada diri individu yang menjadi landasan bagi penampilan perilaku dalam standar nilai dan norma yang tinggi. Karakter berbasis pada nilai dan norma (Prayitno dan Belferik Manullang, 2010 dalam Ikhwanudin, 2010). Ada tujuh nilai-nilai standard yang memandu perilaku seseorang, dalam hal : (1) isu sosial, (2) kecenderungan arah ideologi religius atau politis, (3) memandu diri sendiri, (4) sebagai standard untuk evaluasi diri dan orang lain, (5) sebagai dasar perbandingan kemampuan dan kesusilaan, (6) sebagai standar untuk membujuk dan mempengaruhi orang lain, dan (7) sebagai standar merasionalkan sesuatu hal (dapat diterima atau tak dapat diterima), sikap dan tindakan melindungi, memelihara, dan tentang mengagumi sesuatu/seseorang atau diri sendiri (Josephson Institute of Ethics, 2008 dalam Ikwanudin, 2010).
Karakter dapat digambarkan sebaga suatu struktur nilai yang memandu perilaku individu dalam suatu konteks (organisasi). Karakter mempunyai struktur terdiri dari nilai-nilai perilaku etis yang mengatur dua dimensi, dimensi karakter acuan nilai, dan dimensi jenis perilaku dan target perilaku
Karakter bersifat universal, namun untuk siswa SMK perlu dipertimbangan kepribadian kejuruan. Sebab kesuaian karakter siswa dengan lingkungan praktek (kerja) siswa akan meningkatkan karakter positif seorang siswa SMK. Tulisan akan membahas karakter siswa SMK, penulis beranggapan pembentukan karakter siswa SMK berbeda dengan sekolah umum (SMA atau MAN), karena faktor lingkungan kerja (praktek) besar perannya dalam pembentukan karakter siswa SMK.  Banyaknya siswa yang tawuran, banyaknya siswa yang tidak siap (mental) menghadapi Ujian nasional, adanya siswa pecandu Narkoba, ini semua menunjukkan karakter negatif siswa-siswa ditujukan pada siswa SMK. Kesemua karakter negatf ini dapat dihilangkan atau dikurangi melalui pembentukan karakter. Pembentukan karakter dapat saja dalam bentuk kurikulum tersembunyi atau melalui mata pelajaran yang ada.  Salah satunya dengan mengaplikasikan sikap kandel dari ajaran Ki Hajar Dewantara ini.
Pengaplikasian sikap kandel pada siswa bukanlah hal yang mudah, diperlukan penciptaan suasana religius di sekolah dan luar sekolah. Hal ini disebabkan karena sikap keimanan yang melekat pada diri siswa kadang-kadang bisa terkalahkan oleh godaan- godaan yang negatif baik yang datang dari luar maupun dalam diri siswa itu sendiri. Sehingga dalam proses pembentukan sikap kandel, siswa tidak akan berlangsung dengan sendirinya, akan tetapi proses tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sekolah. Segala peristiwa yang terjadi di dalam sekolah semestinya dapat diintegrasikan dalam program pendidikan karakter, dari situlah pendidikan karakter merupakan sebuah usaha bersama dari seluruh warga sekolah untuk menciptakan sebuah kultur baru di sekolah, yaitu kultur pendidikan karakter dan berbudi pekerti luhur.

Daftar Pustaka
Ki Hadjar Dewantara. 2013.  Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka Pendidikan. Cetakan kelima . Majelis luhur Persatuan Tamansiswa. Yogyakarta

Rahmatang. 2018. Pengembangan Model Assesment Sikap Kandel Berdasarkan Ajaran Ki Hadjar Dewantara.   Prosiding Seminar Nasional Pendidikan  Jogjakart, 28 April 2018 Ruang Ki Sarino Mangunsaskoro Direktorat Pascasarjana UST

https://wakhinuddin.wordpress.com/2010/09/22/karakter-siswa-smk-berbasis-dimensi/ diakses pada Hari Selasa 25 Desember 2018 jam 08.22 wib


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rev 2 WijiAstuti Implementation of Environmental Education

Implementation of Environmental Education by :WijiAstuti Adiwiyata is one of the key programs of the Ministry of Environment aimed a...