PELAKANAAN PEMBELAJARAN KIMIA DI SMA
Oleh : Mujiyono
Mengacu pada Permendikbud nomor
022 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan bahwa proses pembelajaran pada
satuan pendidikan diselenggarakan
secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi
peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat,
minat,
dan perkembangan
fisik
serta
psikologis peserta didik. Berbagai strategi dan model pembelajaran
diterapkan untuk
tujuan
agar hasil pembelajaran optimal.
Penerapan berbagai strategi
dan model pembelajaran
disesuaikan pada karakteristik mata pelajaran.
Pembelajaran
kimia menekankan pada pengembangan ketrampilan proses dan
produk. Lima konsep model pembelajaran
kimia yang
termasuk pembelajaran IPA
menerapkan mengimplementasikan pengembangan model Discovery
Learning,
Project Based Learning, Problem Based Learning, Model , Learning
Cycle dan Model Science
Tecnology and
Society atau dikenal dengan
istilah STS (Devi, 2017.p8).
Implementasi
pembelajaran
kimia menggunakan lima
konsep model yang telah disebutkan. Implementasi ini dapat
diterapkan dengan baik jika
guru
mempunyai kompetensi menjadi guru pembelajar
seumur hidup yang
mempunyai jiwa etos kerja keras, profesional,
kreatif dalam melakukan
pembelajaran, komunikatif dan
bertanggung
jawab dalam pelaksanaan pembelajaran. Pembelajaran kreatif dapat
diwujudkan dengan
menggunakan
berbagai model pembelajaran
diantaranya
model pembelajaran
kooperatif dan inkuiri.
Proses
inkuiri bertujuan menumbuhkan kemampuan berpikir,bekerja dan bersikap ilmiah
serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup.
Pembelajaran kimia harus menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara
langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap
ilmiah proses dan sikap ilmiah. Pembelajaran ini juga
dapat
didasarkan melalui fenomena
alam,
memanfaatkan buku paket yang
tersedia,
LKS, media internet, video pembelajaran, atau
dengan
media
alam
Karakteristik pembelajaran kimia tak dapat dilepaskan dari penggunaan
laboratorium. Karena
kimia lahir berawal darinya. Pembelajaran kimia secara
kreatif
tak luput dari pemanfaatan
laboratorium. Proses
kegiatan
praktikum diawali dengan
memberi konsep sederhana beserta
prosedur yang harus dilakukan peserta didik.
Guru berperan
sebagai fasilitator
dengan cara
membimbing, menggunakan
informasi kontekstual, mengarahkan
peserta didik
dalam menafsirkan data,
membimbing melakukan uji hipotesis, dan
lain-lain.
Tahap
akhir dari pelaksanan standart
isi proses pendidikan adalah penilaian. Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian
otentik (authentic
assesment) yang
menilai kesiapan peserta
didik, proses, dan hasil belajar secara
utuh.
Keterpaduan penilaian ketiga
komponen tersebut akan menggambarkan
kapasitas,
gaya,
dan perolehan belajar peserta
didik yang
mampu menghasilkan
dampak instruksional (instructional effect)
pada
aspek pengetahuan
dan
dampak pengiring
(nurturant effect) pada
aspek sikap.
Berdasarkan beberapa uraian tersebut
di atas dapat disimpulkan
bahwa
pembelajaran kimia menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara
langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap
ilmiah (Puskur, 2009: 1). Oleh sebab itu guru hendaknya mampu memilih dan
menerapkan model pembelajaran yang mampu merangsang siswa lebih aktif dalam
belajar serta meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami pelajaran. Pembelajaran kreatif
dapat diwujudkan dengan menggunakan berbagai
model pembelajaran diantaranya
model pembelajaran
kooperatif dan inkuiri,
Menurut
Pulungan (2009: 19), tidak sedikit siswa yang merasa kesulitan ketika akan mengikuti pelajaran kimia. Hasil-hasil
evaluasi belajar pun menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas di raport untuk pelajaran kimia seringkali merupakan nilai
yang terendah dibandingkan dengan
pelajaran pelajaran lain. Tanpa disadari, para pendidik atau guru turut
memberikan kontribusi terhadap faktor
yang menyebabkan kesan negatif siswa
Kesalahan-kesalahan
yang cenderung dilakukan para guru, khususnya guru kimia adalah sebagai berikut
:
1. Seringkali, kimia disajikan hanya
sebagai kumpulan rumus belaka yang harus dihafal mati oleh siswa, hingga
akhirnya ketika evaluasi belajar, kumpulan tersebut campur aduk dan menjadi
kusut di benak siswa.
2. Dalam menyampaikan materi kurang
memperhatikan proporsi materi dan sistematika penyampaian, serta kurang
menekankan pada konsep dasar, sehingga terasa sulit untuk siswa.
Daftar pustaka
Budi Prasetyaningsih, (2010), Pengelolaan Pembelajaran Kimia (Studi Situs
SMA Negeri 3 Boyolali), http://eprints.ums.ac.
id/8655/1/Q100070568
Devi, P. Kamalia .(2017). Modul
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
KIMIA SMA Terintegrasi Penguatan
Pendidikan Karakter Kelompok
Kompetensi D. (Pp 8-40). Jakarta :
PPPPTK IPA
Dirjen Kemendikbud
Dian Sri Suhesti, Ari Setiawan, (2018) Evaluasi Pelaksanaan Pembelajaran Kimia
SMA Kurikulum 2013 .Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Jogjakarta, 28 April
2018. http://jurnal. ustjogja.ac.id/index.php/semnasmpd/article/view
Kurotul Aeni, (2014).
Penguatan
Peran upaya peningkatan
kualitas pendidikan.
Proceding Seminar
Nasional dan Temu Alumni―Peran Pendidikan
dalam Pembangunan Karakter
Bangsa‖. (pp.210-212). Yogyakarta: Asosiasi Alumni dan Mahasiswa Program pascasarjana UNY
Mendikbud RI. Peraturan
Menteri
Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 022 Tahun 2013 tentang StandarPenilaian
(2013).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar