NILAI KARAKTER DI SEKOLAH ADIWIYATA
Keberadaan
lingkungan akan mempengaruhi antara makhluk hidup dan pertumbuhan habitatnya,
termasuk manusia. Sikap manusia terhadap lingkungannya, efeknya akan kembali
kepada diri mereka sendiri (Hamzah, 2011: 3). Berbagai masalah lingkungan dan
bencana alam terjadi terutama dalam menjaga dari kerusakan dan polusi.
Sekolah
Adiwiyata menurut Menteri Lingkungan Hidup (2011: 3) didefinisikan sebagai
tempat yang tepat dan ideal untuk mencapai semua ilmu pengetahuan dan norma
serta etika yang digunakan untuk dasar manusia pada kehidupan kemakmuran dan
pembangunan berkelanjutan. Sekolah Adiwiyata di Indonesia dikembangkan untuk
membentuk karakter bangsa menuju norma dan etika. Nilai penting yang sedang
dikembangkan adalah perawatan, terutama perawatan lingkungan. Namun demikian
karakter lain mungkin tidak ditampilkan oleh program ini.
Program
Adiwiyata memiliki hubungan erat dengan kimia. Kimia yang diperoleh siswa di
kelas diharapkan dapat digunakan dan mendukung program adiwiyata. Sehingga
kimia bukan hanya menjadi teori tetapi dapat diimplementasikan dalam kenyataan.
Program
Adiwiyata akan berhasil jika setiap warga sipil sekolah, seperti guru, siswa
dan staf yang terlibat dalam program ini. Program sekolah juga mendukung setiap
komponen Sekolah Adiwiyata. Setiap komponen program adiwiyata memiliki kondisi
peran lingkungan sekolah dalam membiasakan nilai perawatan terutama perawatan
lingkungan sekolah. Program ini dikerjakan oleh SD hingga SMA bahkan perguruan
tinggi atau universitas. Keberlangsungan program ini oleh lembaga pendidikan
dapat menumbuhkan karakter peduli sebagai kebiasaan. Sehingga tujuan adiwiyata
akan tercapai.
Adiwiyata
dapat meningkatkan kompetensi output sekolah. Kompetensi output pendidikan
terdiri dari kognitif, afektif dan psikomotor pengetahuan logis, afektif
berkaitan dengan sikap dan perilaku, sedangkan psikomotor berkaitan dengan
keterampilan. Sikap dan perilaku seseorang didasarkan pada karakter di dalam
dirinya (Mardapi dan Setiawan, 2018). Kompetensi output tidak hanya untuk
lulusan tetapi juga untuk masyarakat. Jadi seorang lulusan harus memiliki
karakter yang baik bahwa kompetensinya dapat berguna bagi masyarakat.
Implementasi
sekolah program adiwiyata diharapkan dapat menjadi variasi dalam proses
pembelajaran untuk menumbuhkan karakter siswa. Ini berdasarkan penelitian.
Diperlukan untuk mengidentifikasi nilai karakter untuk meningkatkan penilaian
instrumen karakter siswa di Sekolah Adiwiyata.
Survei
penelitian menyusun instrumen yang digunakan untuk mengidentifikasi nilai
karakter siswa. Instrumen disusun berdasarkan tinjauan literatur terkait,
survei dan konsultasi ahli. Hasil uji coba kemudian dianalisis dengan validitas
konstruktif menggunakan EFA dengan program SPSS. Langkah pertama diuji oleh KMO
Barlet untuk mengetahui kecukupan sampel. Hasilnya adalah 0,587 berarti bahwa
sampel dari variasi yang sama sehingga dapat melanjutkan ke analisis
berikutnya. Kemudian untuk melihat titik validitas, dapat diketahui dengan
melihat nilai pada korelasi anti-citra yang menemukan skor 0,5-0,9. Ini
menunjukkan bahwa salah satu variabel tidak valid dan 19 variabel valid untuk
digunakan.
Pengukuran
yang valid tidak hanya menunjukkan data yang benar tetapi juga memberikan
diskripsi data yang tepat. Tepat berarti pengukuran mampu menggambarkan tentang
perbedaan terkecil antara subyek (Danang Sunyoto, 2012: 5). Di sisi lain
definisi validitas adalah aspek pengukuran yang tepat (Saifuddin Azwar, 2014).
Ketepatan menjadi penting dalam pengukuran. Ketepatan pengukuran akan
memberikan data yang akurat. Dari definisi itu dapat disimpulkan bahwa, dengan
cara yang sederhana, validitas adalah kebenaran dan tepat sejauh instrumen
mampu mengukur apa yang akan diukur atau bagaimana suatu instrumen kecukupan
fungsi pengukurannya.
kesimpulan
yang di dapatkan bahwa instrumen yang digunakan untuk mengidentifikasi nilai
karakter siswa SMA memiliki persyaratan validitas dan reliabilitas. Validitas
konstruktif menggunakan EFA memberikan 19 titik instrumen yang memiliki skor
(> 0,5) sedangkan reliabilitas menggunakan alpha memberikan skor 0,650.
Nilai karakter yang terbentuk untuk identitas memiliki 7 komponen, dilihat oleh
nilai Eigen.
DAFTAR PUSTAKA
Setiawan,
A.& Suhesti, Sri Indentification of Character Values on Adiwiyata School http://jurnalustjogja.ac.id/
Bahrudin,
M.D.F. (2017). Pelaksanaan Program Adiwiyata dalam rentang Pembentukan Karakter
Peduli Lingkungan Di SMA Negeri 4 Pandeglang. Jurnal Pendidikan Geografi. Vol
17, No. 1, (pp. 25-37)
Setiawan,
A, & Fadil, Identifikasi Nilai-Nilai Sikap Sosial Pada Pembelajaran Tematik
Sekolah Dasar, Prosiding Kongres HEPI 2017, Kalimantan Selatan: Banjarmasin
Setiawan,
A, & Mardapi, D, Pengembangan Instrumen Untuk Menilai Domain Afektif Siswa
Menggunakan Model Penilaian Diri dan Peer, Prosiding Kongres HEPI 2017,
Kalimantan Selatan: Banjarmasin
Setiawan,
A, & Mardapi, D, Pengembangan Instrumen Untuk Menilai Domain Afektif Siswa
Menggunakan Model Penilaian Mandiri dan Peer, Prosiding Seminar Internasional
UST 2017, Yongyakarta
Tim
Adiwiyata Nasional. (2011). Panduan Adiwiyata Sekolah Peduli dan Berbudaya
Lingkungan. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup
Viswanathan
M. (2005). Kesalahan pengukuran dan desain penelitian. London; Sage
Publication.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar