Rabu, 02 Januari 2019

Rev 2 Shokibul Arif NILAI KARAKTER DI SEKOLAH ADIWIYATA


NILAI KARAKTER DI SEKOLAH ADIWIYATA
Keberadaan lingkungan akan mempengaruhi antara makhluk hidup dan pertumbuhan habitatnya, termasuk manusia. Sikap manusia terhadap lingkungannya, efeknya akan kembali kepada diri mereka sendiri (Hamzah, 2011: 3). Berbagai masalah lingkungan dan bencana alam terjadi terutama dalam menjaga dari kerusakan dan polusi.
Sekolah Adiwiyata menurut Menteri Lingkungan Hidup (2011: 3) didefinisikan sebagai tempat yang tepat dan ideal untuk mencapai semua ilmu pengetahuan dan norma serta etika yang digunakan untuk dasar manusia pada kehidupan kemakmuran dan pembangunan berkelanjutan. Sekolah Adiwiyata di Indonesia dikembangkan untuk membentuk karakter bangsa menuju norma dan etika. Nilai penting yang sedang dikembangkan adalah perawatan, terutama perawatan lingkungan. Namun demikian karakter lain mungkin tidak ditampilkan oleh program ini.
Program Adiwiyata memiliki hubungan erat dengan kimia. Kimia yang diperoleh siswa di kelas diharapkan dapat digunakan dan mendukung program adiwiyata. Sehingga kimia bukan hanya menjadi teori tetapi dapat diimplementasikan dalam kenyataan.
Program Adiwiyata akan berhasil jika setiap warga sipil sekolah, seperti guru, siswa dan staf yang terlibat dalam program ini. Program sekolah juga mendukung setiap komponen Sekolah Adiwiyata. Setiap komponen program adiwiyata memiliki kondisi peran lingkungan sekolah dalam membiasakan nilai perawatan terutama perawatan lingkungan sekolah. Program ini dikerjakan oleh SD hingga SMA bahkan perguruan tinggi atau universitas. Keberlangsungan program ini oleh lembaga pendidikan dapat menumbuhkan karakter peduli sebagai kebiasaan. Sehingga tujuan adiwiyata akan tercapai.
Adiwiyata dapat meningkatkan kompetensi output sekolah. Kompetensi output pendidikan terdiri dari kognitif, afektif dan psikomotor pengetahuan logis, afektif berkaitan dengan sikap dan perilaku, sedangkan psikomotor berkaitan dengan keterampilan. Sikap dan perilaku seseorang didasarkan pada karakter di dalam dirinya (Mardapi dan Setiawan, 2018). Kompetensi output tidak hanya untuk lulusan tetapi juga untuk masyarakat. Jadi seorang lulusan harus memiliki karakter yang baik bahwa kompetensinya dapat berguna bagi masyarakat.
Implementasi sekolah program adiwiyata diharapkan dapat menjadi variasi dalam proses pembelajaran untuk menumbuhkan karakter siswa. Ini berdasarkan penelitian. Diperlukan untuk mengidentifikasi nilai karakter untuk meningkatkan penilaian instrumen karakter siswa di Sekolah Adiwiyata.
Survei penelitian menyusun instrumen yang digunakan untuk mengidentifikasi nilai karakter siswa. Instrumen disusun berdasarkan tinjauan literatur terkait, survei dan konsultasi ahli. Hasil uji coba kemudian dianalisis dengan validitas konstruktif menggunakan EFA dengan program SPSS. Langkah pertama diuji oleh KMO Barlet untuk mengetahui kecukupan sampel. Hasilnya adalah 0,587 berarti bahwa sampel dari variasi yang sama sehingga dapat melanjutkan ke analisis berikutnya. Kemudian untuk melihat titik validitas, dapat diketahui dengan melihat nilai pada korelasi anti-citra yang menemukan skor 0,5-0,9. Ini menunjukkan bahwa salah satu variabel tidak valid dan 19 variabel valid untuk digunakan.
Pengukuran yang valid tidak hanya menunjukkan data yang benar tetapi juga memberikan diskripsi data yang tepat. Tepat berarti pengukuran mampu menggambarkan tentang perbedaan terkecil antara subyek (Danang Sunyoto, 2012: 5). Di sisi lain definisi validitas adalah aspek pengukuran yang tepat (Saifuddin Azwar, 2014). Ketepatan menjadi penting dalam pengukuran. Ketepatan pengukuran akan memberikan data yang akurat. Dari definisi itu dapat disimpulkan bahwa, dengan cara yang sederhana, validitas adalah kebenaran dan tepat sejauh instrumen mampu mengukur apa yang akan diukur atau bagaimana suatu instrumen kecukupan fungsi pengukurannya.
kesimpulan yang di dapatkan bahwa instrumen yang digunakan untuk mengidentifikasi nilai karakter siswa SMA memiliki persyaratan validitas dan reliabilitas. Validitas konstruktif menggunakan EFA memberikan 19 titik instrumen yang memiliki skor (> 0,5) sedangkan reliabilitas menggunakan alpha memberikan skor 0,650. Nilai karakter yang terbentuk untuk identitas memiliki 7 komponen, dilihat oleh nilai Eigen.
DAFTAR PUSTAKA

Setiawan, A.& Suhesti, Sri Indentification of Character Values on Adiwiyata School  http://jurnalustjogja.ac.id/
Bahrudin, M.D.F. (2017). Pelaksanaan Program Adiwiyata dalam rentang Pembentukan Karakter Peduli Lingkungan Di SMA Negeri 4 Pandeglang. Jurnal Pendidikan Geografi. Vol 17, No. 1, (pp. 25-37)
Setiawan, A, & Fadil, Identifikasi Nilai-Nilai Sikap Sosial Pada Pembelajaran Tematik Sekolah Dasar, Prosiding Kongres HEPI 2017, Kalimantan Selatan: Banjarmasin

Setiawan, A, & Mardapi, D, Pengembangan Instrumen Untuk Menilai Domain Afektif Siswa Menggunakan Model Penilaian Diri dan Peer, Prosiding Kongres HEPI 2017, Kalimantan Selatan: Banjarmasin

Setiawan, A, & Mardapi, D, Pengembangan Instrumen Untuk Menilai Domain Afektif Siswa Menggunakan Model Penilaian Mandiri dan Peer, Prosiding Seminar Internasional UST 2017, Yongyakarta

Tim Adiwiyata Nasional. (2011). Panduan Adiwiyata Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup

Viswanathan M. (2005). Kesalahan pengukuran dan desain penelitian. London; Sage Publication.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rev 2 WijiAstuti Implementation of Environmental Education

Implementation of Environmental Education by :WijiAstuti Adiwiyata is one of the key programs of the Ministry of Environment aimed a...