Rabu, 02 Januari 2019

Rev 2 Shinta Kusumastuti enilaian Kompetensi Inti Untuk Aspek Sikap Sosial pada Siswa Sekolah Dasar


 Penilaian Kompetensi Inti Untuk Aspek Sikap Sosial pada Siswa Sekolah Dasar
Review dari Artikel yang berjudul :
Assessment of the social attitude of primary school students
Ari Setiawan, Siti Partini Suardiman

Implementasi Kurikulum 2013 di tingkat sekolah dasar membawa masalah serius dalam penilaian, terutama penilaian kompetensi inti untuk aspek sikap sosial. Masalah ini muncul karena sikap sosial memiliki banyak dimensi dan membutuhkan penilaian dalam berbagai bentuk. Ada tiga domain hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran, yaitu: domain kognitif, afektif, dan psikomotor (Krathwohl, Bloom, & Masia, 1973, hlm 6–7). Domain kognitif adalah hasil dari pembelajaran yang ada hubungannya dengan ingatan, kemampuan berpikir, atau kecerdasan. domain afektif mengacu pada hasil belajar dalam bentuk kepekaan dan emosi yang berhubungan dengan sikap, nilai, dan minat, sementara itu, domain psikomotor terkait dengan keterampilan atau kemampuan gerak tertentu (Kurniawan, 2014, hlm. 10 –12).
Salah satu aspek yang membutuhkan penilaian adalah ranah afektif. Karakteristik dari domain afektif adalah sikap, nilai-nilai dan inter-ests (McCoach, Gable, & Madura, 2013, pp. 7–24). Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap sosial siswa sekolah dasar. Sikap sosial adalah ranah afektif yang perlu dinilai menggunakan instrumen yang tepat.
Sikap sosial dicirikan oleh keyakinan positif atau negatif dalam, perasaan, dan perilaku pada entitas tertentu.  Sikap sosial memiliki tiga komponen utama: emosional, kognitif, dan komponen perilaku. Komponen emosional adalah perasaan yang dialami dalam mengevaluasi entitas tertentu. Komponen kognitif menyiratkan pemikiran dan keyakinan yang diadopsi terhadap subjek, sedangkan komponen perilaku adalah tindakan yang dihasilkan dari sikap sosial (Bernann, 2015, hal 13).
Sikap sosial adalah kecenderungan untuk mengevaluasi hal-hal sosial dengan cara tertentu. Ini memainkan peran penting dalam perkembangan anak-anak, karena itu membentuk persepsi anak-anak dari lingkungan sosial dan memiliki efek signifikan pada perilaku (Crano & Prislin, 2011, hal 19). Anak-anak yang mulai berinteraksi dengan lingkungan sosial akan mulai memiliki sikap sosial, dan ini juga terjadi pada anak-anak usia sekolah dasar.
Bukti perilaku anak-anak dewasa ini cukup memprihatinkan. Siswa sekolah dasar sekarang umumnya kurang disiplin dari dulu, dan mereka memiliki perawatan dan tanggung jawab yang rendah. Dalam praktik pendidikan hari ini, di mana sikap sosial benar-benar menjadi inti dari pendidikan, penilaian belum dikonstruksikan. Ini karena keterbatasan guru, terutama dalam proses penilaian. Guru lebih cenderung menghabiskan waktu mereka untuk mengajar terlepas dari pentingnya membuat penilaian yang tepat. secara konstan membuat keputusan tentang bagaimana berinteraksi dengan siswa mereka, dan memutuskan yang didasarkan pada bagian informasi yang mereka kumpulkan tentang siswa mereka melalui penilaian kelas. Bahkan, mereka tidak menghabiskan banyak waktu untuk penilaian
 
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai sikap sosial siswa kelas IV dan / atau V sekolah dasar menggunakan tiga model instrumen terintegrasi: penilaian diri (SA), penilaian sejawat (PA), dan penilaian observasional (OA). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Responden adalah 58 siswa yang dipilih dengan menggunakan cluster random sampling dan teknik purposive sampling. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan metode deskriptif dan kategorisasi. Penilaian nilai-nilai ini dilakukan dengan menggunakan model instrumen SA, PA, dan OA. Hasilnya dianalisa untuk mengetahui deskripsi penilaian.
Analisis
Hasil penelitian ini dibagi menjadi dua bagian. Hasil pertama adalah penilaian berdasarkan komponen sikap sosial, meliputi kejujuran, disiplin, tanggung jawab, kesopanan, kepedulian, dan kepercayaan diri. Hasil kedua berkaitan dengan nilai sikap sosial bersama dengan deskripsi yang dapat digunakan untuk mengisi laporan hasil belajar. Berdasarkan komponen hasil penilaian, dapat dikatakan secara umum bahwa kepercayaan termasuk dalam kategori A atau percayakan (46 dari 58 siswa atau 79,31%). Selain itu, 35 siswa menunjukkan disiplin sebagaimana digambarkan dalam kategori A, sementara kejujuran direfleksikan oleh 23 siswa dan dianggap sebagai ditanamkan. Ada 32 siswa yang menunjukkan tanggung jawab, 30 siswa menunjukkan perhatian, dan 32 siswa mencerminkan kesopanan. Ketiga nilai ini berada dalam kategori B (berkembang).
Hasil lain yang menarik adalah bahwa ada tujuh siswa (12,06%) yang dikategorikan dalam kategori D. Mereka belum menunjukkan kejujuran dalam kehidupan sehari-hari dan interaksi sosial di sekolah. Ketidakjujuran ditunjukkan ketika mereka menyalin karya siswa lain. Hal ini sejalan dengan gagasan Koellhoffer (2009, p. 27) bahwa kejujuran berhubungan dengan menghindari plagia-rism, termasuk mengambil ide atau jawaban orang lain tanpa izin selama proses pembelajaran, tes, dll.
Hasil juga menunjukkan bahwa penilaian sikap sosial merupakan komponen terintegrasi yang mengembangkan sikap seperti kejujuran, disiplin, tanggung jawab, kesopanan, kepedulian, dan juga kepercayaan diri. Dari sampel 58 orang, 11 (18,96%) termasuk dalam SB, atau, dengan kata lain, sikap sosial mereka sangat baik. Selain itu, 38 siswa (65,52%) dipertimbangkan untuk menjadi baik. Sikap sosial adalah hasil tanggapan terhadap rangsangan sosial yang terkandung dalam pembelajaran tematik. Hal ini didukung oleh LaPierre dalam Azwar (2015, p. 5) yang menyatakan bahwa situasi sosial adalah pola perilaku buruk, kecenderungan atau kesiapan antisipatif, kecenderungan untuk beradaptasi dengan situasi sosial, atau, hanya sikap sosial adalah tanggapan terhadap stimulus sosial terkondisi.
Dari hasil penilaian sikap sosial siswa, dapat juga disimpulkan bahwa sikap sosial mereka ternyata bervariasi. Ada 36 (65,52%) siswa di SB (sangat baik) kategori dan 11 siswa (18,96%) dalam B (baik) kategori. Dari hasil itu, SB (sangat bagus) kategori memiliki makna mendalam. Hasilnya juga dapat digunakan dalam re-port hasil pembelajaran inti kompetensi dalam aspek sikap sosial atau Kompetensi Inti (KI) –2 (Inti-Kompetensi 2) dan menjadi bahan evaluasi untuk pembelajaran tematik. Hasil penilaian yang diperoleh juga digunakan oleh guru untuk mengisi laporan hasil belajar pada semester pertengahan dan akhir semester.
Penelitian ini juga menghasilkan efektivitas dari penilaian yang dilakukan. Ada 79% dari guru yang mengklaim bahwa penilaian yang melibatkan tiga model yang berbeda dalam penelitian ini efektif. Ini menunjukkan bahwa metode yang lebih bervariasi dan terintegrasi dapat kembali dalam hasil penilaian yang lebih akurat. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen ini berguna dalam membantu guru untuk menilai sikap sosial sebagai komponen afektif dari hasil pembelajaran tematik terpadu di sekolah dasar.
Hasil komprehensif dari pencarian ulang ini dapat menjadi panduan bagi para guru untuk menilai sikap sosial siswa. Penilaian yang ada juga dapat menjadi evaluasi terhadap praktik pembelajaran. Penelitian masa depan harus mengungkapkan komponen lain dari sikap sosial sebagai hasil dari proses belajar.

Daftar Pustaka

Setiawan,A.  Suardiman S.P. (2018). Assessment of the social attitude of primary school students, REID, 2018.p.12-21. DOI: https://doi.org/10.21831/reid.v4i1.19284
Supardan, D (2011). Pengantar ilmu sosial: Sebuah kajian pendekatan struktural. Jakarta: Bumi Aksara

Ahmadi, H.A. (2002). Psikologi sosial, Jakarta: Rineka Cipta Yogyakarta

Bernann, S.L. (2015). Pengetahuan, sikap dan perilaku manusia.Yogyakarta: Parama
Crano, W.D., & Prislin, R (2011).  Attitudes and attitude change. Newyork, NY: Psychology Press.
Ekowarni. (2009). Pedoman pendidikan akhlak mulia siswa sekolah dasar. Jakarta.
Supardan, D. (2011). Pengantar ilmu sosial : Sebuah kajian pendekatan struktural. Jakarta :Bumi Aksara.
McCoach, D.B., Gable, R.K& Madura, J.P (2013). Instrument development in the affective domain : School and corporate applications . NewYork, NY: Springer


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rev 2 WijiAstuti Implementation of Environmental Education

Implementation of Environmental Education by :WijiAstuti Adiwiyata is one of the key programs of the Ministry of Environment aimed a...