Rabu, 02 Januari 2019

Rev 2 Trio Wandoyo (2017082038) Sikap Sosial Siswa di Sekolah Dasar

Sikap Sosial Siswa di Sekolah Dasar
oleh: Trio Wandoyo (2017082038)

               Ada tiga domain hasil pembelajaran yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran, yaitu: domain kognitif, afektif, dan psikomotor (Krathwohl, Bloom, & Masia, 1973, hlm. 6–7). Domain kognitif adalah hasil dari pembelajaran yang ada hubungannya dengan ingatan, kemampuan berpikir, atau kecerdasan. Selain itu, domain afektif mengacu pada hasil belajar dalam bentuk kepekaan dan emosi yang berhubungan dengan sikap, nilai, dan minat, sementara itu, domain psikomotor terkait dengan keterampilan atau kemampuan gerak tertentu (Kurniawan, 2014, hlm. 10 –12). Sebagai hasil dari pembelajaran, ketiga domain ini membutuhkan penilaian, termasuk model pendekatan tematik terpadu. Pembelajaran yang sukses didefinisikan oleh perilaku (afektif) serta lingkungan (Retnawati, 2016).
               Salah satu aspek yang membutuhkan penilaian adalah ranah afektif. Karakteristik domain afektif adalah sikap, nilai dan minat (McCoach, Gable, & Madura, 2013, pp. 7–24). Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap sosial siswa sekolah dasar. Sikap sosial adalah ranah afektif yang perlu dinilai menggunakan instrumen yang tepat. Sikap sosial dapat dilihat sebagai sesuatu yang terkait dengan sikap yang terkait dengan kondisi sosial. Ini adalah kecenderungan yang diperoleh untuk mengevaluasi hal-hal sosial dengan cara tertentu. Ini dicirikan oleh keyakinan positif atau negatif dalam, perasaan, dan perilaku pada entitas tertentu. Ini memiliki tiga komponen utama: emosional, kognitif, dan komponen perilaku. Komponen emosional adalah perasaan yang dialami dalam mengevaluasi identitas tertentu. Komponen kognitif menyiratkan pemikiran dan keyakinan yang diadopsi terhadap subjek, sedangkan komponen perilaku adalah tindakan yang dihasilkan dari sikap sosial (Bernann, 2015, hal 13).
               Ahmadi (2002, p. 163) menulis bahwa sikap sosial adalah kesadaran seorang individu yang menentukan tindakan nyata dan berulang dari objek sosial. Dengan demikian, sikap sosial mewakili respons seseorang terhadap objek sosial. Sejalan dengan ide ini, Gerungan (2004, hal. 161) mengusulkan bahwa sikap sosial adalah cara yang sama dan berulang untuk menanggapi objek sosial. Ini mengarah pada cara yang berulang-ulang berperilaku terhadap objek sosial. Seperti yang dinyatakan oleh Soekanto (Supardan, 2011), objek sosial berhubungan dengan perilaku interpersonal atau proses sosial. Ini melibatkan hubungan antara orang atau kelompok dalam situasi sosial. Sikap sosial adalah kecenderungan untuk mengevaluasi hal-hal sosial dengan cara tertentu. Ini memainkan peran penting dalam perkembangan anak-anak, karena itu membentuk persepsi anak-anak terhadap lingkungan sosial dan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku (Crano & Prislin, 2011, hal 19). Anak-anak yang mulai berinteraksi dengan lingkungan sosial akan mulai memiliki sikap sosial, dan ini juga terjadi pada anak usia sekolah dasar.
               Mempertimbangkan berbagai pemahaman di atas, penulis menyimpulkan bahwa sikap sosial adalah kesadaran seseorang dalam bertindak berulang-ulang dalam kehidupan nyata untuk menentukan respon terhadap objek sosial dalam hubungannya dengan orang lain. Sikap sosial mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu dengan cara tertentu sebagai bentuk reaksinya terhadap objek sosial. Bukti perilaku anak-anak dewasa ini cukup memprihatinkan. Siswa sekolah dasar sekarang umumnya kurang disiplin daripada biasanya, dan mereka memiliki perawatan dan tanggung jawab yang rendah. Itu tidak sesuai dengan pengembangan afektif ideal siswa sekolah dasar. Ekowarni (2009) berpendapat bahwa ada beberapa nilai yang berkaitan dengan kondisi sosial yang harus ditanamkan pada siswa sekolah dasar, termasuk: kesopanan, kepedulian, kerjasama, disiplin, kerendahan hati, bahkan temperamen, toleransi, kemandirian, kejujuran, keyakinan, ketangguhan, kepositifan , keadilan, kedamaian, ketekunan, kreativitas, kewarganegaraan, tanggung jawab, dan ketulusan.
 
Referensi
Ahmadi, H. A. (2002). Psikologi sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Bernann, S. L. (2015). Pengetahuan, sikap, dan perilaku manusia. Yogyakarta: Parama.
Crano, W. D., & Prislin, R. (2011). Sikap dan sikap berubah. New York, NY: Tekan Psikologi.
Ekowarni. (2009). Pedoman pendidikan akhlak mulia siswa sekolah dasar. Jakarta.
Gerungan, W. A. ​​(2004). Psikologi sosial. Bandung: Refika Aditama.
Setiawan, A.  & Suardiman, S.P. (2018). Assessment of the social attitude of primary school students, REiD (Research and Evaluation in Education), 4(1), 2018. p. 12- 21. DOI: https://doi.org/10.21831/reid.v4i1.19284
Krathwohl, D. R., Bloom, B. S., & Masia, B. B. (1973). Taxonomy of educational objectives Book 2/ Affective domain. New York, NY: Longmans, Green.
Kurniawan, D. (2014). Pembelajaran terpadu tematik (Teori, praktik, dan fakta). Bandung: Alfabeta.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rev 2 WijiAstuti Implementation of Environmental Education

Implementation of Environmental Education by :WijiAstuti Adiwiyata is one of the key programs of the Ministry of Environment aimed a...