Identifikasi Nilai
Karakter Pada Sekolah Adiwiyata
Oleh : Edi Mardiyanto
Pada tahun 1996,
Departemen Pendidikan dan Kementerian Lingkungan Hidup yang diperbarui pada
tahun 2005 dan 2010 mulai mengembangkan Program Pendidikan Lingkungan hidup di sekolah
dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas melalui program adiwiyata. Program ini bertujuan untuk mendukung dan
membuat sekolah yang peduli dan memiliki budaya lingkungan yang mampu
berpartisipasi dan melakukan konservasi dan pembangunan berkelanjutan untuk era
ini dan generasi berikutnya. Dengan
mengimplementasikan program ini, warga sekolah khususnya siswa diharapkan
memiliki karakter kepedulian dan budaya, serta mendukung dan membentuk sumber
daya manusia yang berkarakter nasional terhadap perkembangan ekonomi, sosial
dan lingkungannya untuk mencapai pembangunan berkelanjutan di daerah tersebut.
Sekolah Adiwiyata
menurut Menteri Lingkungan Hidup (2011: 3) didefinisikan sebagai tempat yang
tepat dan ideal untuk mencapai semua ilmu pengetahuan dan norma serta etika
yang digunakan untuk dasar manusia pada kehidupan kemakmuran dan pembangunan
berkelanjutan. Sekolah
Adiwiyata di Indonesia dikembangkan untuk membentuk karakter bangsa menuju
norma dan etika. Nilai penting yang sedang
dikembangkan adalah perawatan, terutama perawatan lingkungan. Namun demikian karakter lain mungkin tidak ditampilkan oleh
program ini. Menurut UU Kementerian Lingkungan
Hidup No.5, pada tahun 2013 sekolah adiwiyata dilakukan berdasarkan prinsip
edukatif, partisipatif dan berkelanjutan. Program
ini terintegrasi dalam setiap mata pelajaran, termasuk kimia. Kimia terutama dibagi menjadi, kimia organik dan anorganik.
Masyarakat menilai bahwa bahan kimia yang digunakan
dalam kehidupan sehari-hari berbahaya bagi manusia. Bahan kimia ini adalah kimia anorganik. Sedangkan kimia tidak anorganik. Bahan kimia di dunia tidak dapat dipisahkan dari kimia karena
merupakan cabang ilmu yang berhubungan dengan komposisi dan struktur materi dan
perubahan yang penting. Materi adalah segala sesuatu
yang memiliki massa dan menempati ruang, yang berarti apa saja yang ada (Myers,
R: 2003). Tubuh kita, udara yang kita hirup
adalah semua contoh materi. Materi hanyalah
hal-hal yang membentuk alam semesta kita. Dengan
mempelajari kimia, siswa diharapkan untuk mengetahui komposisi dan struktur
materi di sekitarnya sehingga mereka akan melakukannya dan menggunakannya
dengan bijak.
Program Adiwiyata
memiliki hubungan erat dengan kimia. Kimia yang diperoleh siswa di kelas diharapkan dapat
digunakan dan mendukung program adiwiyata. Sehingga
kimia bukan hanya menjadi teori tetapi dapat diimplementasikan dalam kenyataan.
Program Adiwiyata akan berhasil jika setiap warga sekolah,
seperti guru, siswa dan staf yang terlibat dalam program ini. Program sekolah juga mendukung setiap komponen Sekolah
Adiwiyata. Setiap komponen program adiwiyata
memiliki kondisi peran lingkungan sekolah dalam membiasakan nilai perawatan
terutama perawatan lingkungan sekolah. Program
ini dikerjakan oleh SD hingga SMA bahkan perguruan tinggi atau universitas.
Keberlangsungan program ini oleh lembaga pendidikan
dapat menumbuhkan karakter peduli sebagai kebiasaan. Sehingga tujuan adiwiyata akan tercapai.
Dari pembahasan di
atas, adiwiyata dapat meningkatkan kompetensi output sekolah. Kompetensi output pendidikan terdiri dari
kognitif, afektif dan psikomotor pengetahuan logis, afektif berkaitan dengan
sikap dan perilaku, sedangkan psikomotor berkaitan dengan keterampilan. Sikap dan perilaku seseorang didasarkan pada karakter di
dalam dirinya (Mardapi dan Setiawan, 2018). Kompetensi
output tidak hanya untuk lulusan tetapi juga untuk masyarakat. Jadi seorang lulusan harus memiliki karakter yang baik bahwa
kompetensinya dapat berguna bagi masyarakat.
Selama bertahun-tahun
ini pemerintah mencoba membangun karakter dalam pendidikan tetapi penekanan
sekolah lebih pada kognitif. Ini karena kompetensi berdasarkan kognitif lebih mudah
dilakukan daripada afektif. Kompetensi kognitif
melibatkan pengetahuan, pemahaman, aplikasi dan keterampilan intelektual
lainnya. Sedangkan afektif melibatkan sikap,
nilai, moral, emosi, dan sebagainya (Mardhapi dan Setiawan, 2018). Kompetensi psikomotor berkaitan dengan keterampilan gerak.
Kompetensi kognitif diperlukan semua orang dalam
memahami alam dan fenomena kehidupan secara cerdas. Memiliki kompetensi kognitif, pria mampu mengetahui dan
memecahkan masalah secara rasional, logis, mempertimbangkan dan memutuskan
suatu keputusan atau bahkan pria dapat mencapai logika yang lebih tinggi, mampu
menyimpulkan, memutuskan dan menilai. Kompetensi
afektif yang bersifat pada aspek memiliki pendiri sikap dan perilaku seseorang.
Sehingga pendidikan selalu berusaha mencari strategi
untuk melakukan pendidikan karakter dengan baik agar hasilnya dapat sukses di
masyarakat.
Proses belajar di
sekolah belum sampai pada tingkat membuat siswa menikmati belajar dan
menumbuhkan bakat untuk belajar secara mendalam pada suatu objek. Ini karena siswa paling banyak belajar
pelajaran dengan materi lengkap dalam waktu terbatas. Akibatnya banyak siswa tidak suka belajar. Ini merupakan tantangan pada lembaga pendidikan untuk
meningkatkan strategi sehingga belajar adalah kebutuhan untuk siswa.
Implementasi sekolah
program adiwiyata diharapkan dapat menjadi variasi dalam proses pembelajaran untuk
menumbuhkan karakter siswa. Ini berdasarkan penelitian. Diperlukan
untuk mengidentifikasi nilai karakter untuk meningkatkan penilaian instrumen
karakter siswa di Sekolah Adiwiyata.
Daftar Pustaka
Mardapi, D & Setiawan, A. (2018),
Penilaian Afektif, Yogyakarta: Parama Publishing
Mardapi, D (2017), Pengukuran, Penilaian, dan
Evaluasi Pendidikan, Yogyakarta: Parama Publishing
Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia.
(2013). Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 05 Tahun
2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Program
Adiwiyata. http://blh.jogjaprov.go.id/po
content/uploads/Permen-LH-No05-th-2013-Tentang-Pedoman Adiwiyata.pdf (diakses 28 Juli 2018)
Myers,Richard.(2003). The Basic
of Chemistry. London : Greenwood Press
Tim Adiwiyata Nasional. (2011). Panduan
Adiwiyata Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan. Jakarta: Kementerian
Lingkungan Hidup
Tidak ada komentar:
Posting Komentar