PENILAIAN SIKAP SOSIAL
Penelitian
ini di dasari oleh adanya implementasi kurikulum 2013 di tingkat sekolah dasar,
yang memunculkan masalah bagi guru dalam melaksanakan penilaian tentang sikap
afektif khususnya penilaian tentang sikap sosial siswa sekolah dasar. Dimana sikap
sosial itu sendiri memiliki banyak deminsi dan membutuhkan penilaian dalam
berbagai bentuk. Untuk itu diperlukan instrumen sebagai alat untuk bisa
mengukur tentang sikap sosial yang dimiliki oleh siswa sekolah dasar.
Menurut
Ahmadi (2007: 151), Sikap adalah kesiapan merespon yang bersifat positif atau
negatif terhadap objek atau situasi secara konsisten. Pendapat ini memberikan
gambaran bahwa sikap merupakan reaksi mengenai objek atau situasi yang relatif
yang disertai dengan adanya perasaan tertentu dan memberi dasar pada orang
tersebut untuk membuat respon atau perilaku dengan cara tertentu yang
dipilihnya. Sedangkan menurut Secord dan Backman dalam Azwar (2005: 5) bahwa
Sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran
(kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap satu aspek
dilingkungan sekitarnya.
Sementara
itu menurut Krech dan Crutchfield yang dikutip oleh Ahmadi (2007: 159) Sikap
adalah organisasi yang tetap dari proses motivasi, persepsi atau pengamatan
atas suatu aspek dari kehidupan individu. Banyaknya ahli yang mengemukakan
bahwa ranah afektif merupakan ranah sebagai penentu keberhasilan dalam
pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa penilaian afektif merupakan
penilaian yang bertujuan untuk mengetahui perilaku siswa baik itu didalam
maupun diluar pembelajaran yang menekankan pada sikap menerima pembelajaran,
dan berbagai sikap yang tercermin dalam prilaku spiritual dan prilaku sosial
Menurut
Fishbein dan Ajzen (1975: 38) Penilaian sikap adalah suatu predisposisi yang
dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek,
situasi, konsep, atau orang. Penilaian Sikap siswa terhadap objek misalnya
penilaian sikap terhadap sekolah atau terhadap mata pelajaran. Penilaian Sikap
siswa ini penting untuk ditingkatkan Popham, (1995:72)
Ada
tiga domain hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran, yaitu :
domain kognitif, afektif dan psikomotorik ( Krathwohl, Blo0m, & Masia,
1973, 6-7 ). Ketiga domain tersebut membutuhkan penilaian, termasuk model
pendekatan tematik terpadu. Pembelajaran yang sukses didefinisikan oleh
perilaku ( afektif ) serta lingkungan ( Retnawati, 2016 ). Domain afektif
mengacu pada hasil belajar dalam bentuk kepekaan dan emosi yang berhubungan
dengan sikap, nilai, dan minat. ( Kurniawan, 2014, hlm, 10-12).
Penelitian
ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif, yang menggunakan tiga bentuk
penilaian, yaitu penilaian diri ( SA ),
penilaian sejawat ( PA ), dan instrumen penilaian observasional ( OA ). Validitas instrumen dilakukan menggunakan
analisis faktor konfermatori ( CFA ), dilihat dari faktor pembebanan yang
diperkirakan per item. Hasil faktor pemuatan biji-bijian adalah jika > 0,30
berarti item dalam instrumen valid. Mengacu pada Azwar ( 2015, p. 143 ).
Pendekatan
Alpha Cronbach digunakan untuk memperkirakan keandalan dari instrumen. Jika
nilai keandalan > 0,70 maka instrumen tersebut dapat diandalkan, mengacu
pada Nunally (1981),Sunyoto (2012), dan Mardapi (2017). Populasi pada
penelitian ini adalah siswa sekolah dasar di Yogyakarta yang telah menerapkan
kurikulum 2013. Sedangkan pemilihan sampel menggunakan teknik klaster teknik
sampling acak, dan mendapatkan jumlah sampel 58 siswa sekolah dasar dari :
Kaliagung Sentolo, dan pakel.
Hasil
penilaian secara umum bahwa kepercayaan termasuk katagori A ( 46 siswa dari 58
atau 79,31 % ). 35 siswa menunjukan sikap disiplin, sementara kejujuran
direfleksikan oleh 23 siswa. Ada 32 siswa yang menunjukkan sikap tanggung
jawab, 30 siswa menunjukan perhatian dan 32 siswa menunjukkan kesopanan. Ketiga
nilai ini berada dalam katagori B ( berkembang ). Hasil lain yang menarik
adalah ada 7 siswa ( 12,06% ) yang dikatagorikan D. Mereka belum menunjukkan
kejujuran dan interaksi sosial yang baik. Ketidakjujurannya ditunjukkan ketika
mereka menyalin karya siswa lain. Kejujuran berhubungan erat dengan menghindari
plagia-rism, termasuk mengambil ide atau jawaban orang lain tanpa izin selama
proses pembelajaran, test, dan yang lain .
Koeiihoffer ( 2009,p. 27 ).
Sedangkan
hasil penilaian sikap sosial : 11 ( 18,96 % ) siswa dikatagorikan SB, 38 (
65,52 % ) siswa dikatagorikan berkembang. Dari hasil penilaian sikap sosial
mereka ternyata bervariasi. Ada 36 siswa SB, 11 ( 18,96 % ) siswa B.
DAFTAR
PUSTAKA
Setiawan, A.& Siti Partini S, Assessment of the social attitude of primary
school students
Mardapi, D. (2014). Pengukuran, penilaian, dan evaluasi pendidikan. Yogyakarta : Nuha
Medika
Darmansyah. 2014. Teknik Penilaian Sikap Spiritual dan Sosial dalam Pendidikan Karakter
di Sekolah Dasar 08 Surau Gudang Naggalo. Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dsar
Vol.1 No.2 tahun 2014 ISSN: 2085-7519. http://dx.doi.org/10.5539/ies.v8n12p108.
Diakses pada tanggal 11 agustus 2016.
Anwar, Herson. (2009). Penilaian Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran
Sains. Jurnal Pelangi Ilmu. 2 (5). Hlm. 103-114.
Rahman, N.R, (2015). Kesulitan Guru dalam Implementasi Penilaian
Sikap pada Pembelajaran Matematika. Jurnal: Prodi Pendidikan Matematika Jurusan
Pendidikan Matematika dan IPA Universitas Negeri Gorontalo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar