Review dari Artikel
yang berjudul :
PENGEMBANGAN TES KECEMASAN ANAK KEBUTUHAN KHUSUS
Oleh Joko Purwo Setyono (2017082021)
Siswa berkebutuhan
khusus memiliki kepribadian yang relatif lebih sensitif dibandingkan dengan
siswa normal. Mereka membutuhkan perhatian dan perawatan khusus. Namun, dalam
hal kehidupan sehari-hari, siswa berkebutuhan khusus hidup di lingkungan sosial
dan bersosialisasi dengan orang lain seperti siswa normal. Kecemasan sering
terjadi pada siswa berkebutuhan khusus saat bersosialisasi. Hingga saat ini,
kecemasan pada siswa dengan kebutuhan khusus sulit untuk dicatat dengan baik
karena instrumen penilaian yang terbatas. Tindakan yang salah untuk mendeteksi
kecemasan pada siswa
dengan kebutuhan khusus dapat mengganggu proses sosialisasi mereka. Siswa berkebutuhan
khusus adalah siswa dengan karakteristik mental, sosial, emosional, atau fisik
yang berbeda dari siswa normal (Lakshita, 2017: 7). Siswa berkebutuhan khusus
diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori yaitu: siswa dengan visual. Siswa dengan gangguan
intelektual mengalami kesulitan dalam pengembangan mental. Usia kronologis
mereka tidak sesuai dengan kematangan mental mereka. Kondisi demikian secara
signifikan mempengaruhi kehidupan pribadi dan sosial mereka. Mereka merasa
sulit untuk menyelesaikan tugas-tugas sederhana seperti makan dan minum tanpa
bantuan orang lain. Para siswa ini sering memiliki kemampuan bahasa yang
terbatas dan fungsi adaptif. Karena itu, mereka cenderung kurang minat dan
kemampuan yang dibutuhkan dalam interaksi sosial dan tidak responsif serta
tergantung ketika bersosialisasi dengan orang lain.
Kecemasan adalah respons emosional
terhadap pandangan yang dirasakan, menunjukkan perasaan takut, gugup, dan rasa
tidak aman disertai dengan berbagai respons fisik. Ini dapat terjadi dalam
berbagai konteks situasi atau karena penyakit. Selain itu, dapat memicu reaksi
fisik berulang seperti sakit perut, sesak napas, jantung berdebar, berkeringat,
pusing, dan keinginan tiba-tiba untuk buang air kecil atau buang air besar.
Reaksi-reaksi ini sering diikuti oleh dorongan untuk melepaskan diri dari
sumber kecemasan (Stuart dan Sundeen, 1998). Kecemasan adalah tanda dan reaksi
yang tidak spesifik yang dihasilkan dari aktivitas sistem saraf otonom pada
ancaman yang tidak pasti, tidak spesifik, dan sering ditemukan, dan biasanya
merupakan respons emosional yang normal (Carpenito, 2000). Sebuah penelitian
menunjukkan bahwa kecemasan berhubungan negatif dengan hasil akademik siswa.
Secara fisik, kecemasan dapat menyebabkan pusing, mual atau diare, perubahan
suhu tubuh yang ekstrem, keringat berlebih, napas pendek, jantung berdebar,
mulut kering, dan / atau pingsan. Dalam hal perilaku, kecemasan mengarah pada
kekhawatiran, mondar-mandir, penyalahgunaan obat-obatan, dan penggunaan bahasa
ofensif. Sedangkan, dalam aspek kognitif, kecemasan dapat menyebabkan pikiran
kosong, kesulitan berkonsentrasi, bicara sendiri yang negatif, ketakutan,
tindakan membandingkan diri sendiri dengan orang lain, dan kesulitan dalam
mengendalikan pikiran. Freud (Calvin S. Hall, 1993) mengidentifikasi tiga jenis
kecemasan yaitu: kecemasan realistis, didefinisikan sebagai ketakutan akan
ancaman atau bahaya dari dunia nyata atau lingkungan. Oleh karena itu, untuk
menentukan apakah seorang siswa menderita kecemasan atau tidak, pemeriksaan
menyeluruh terhadap gejala atau tanda serta faktor risiko harus dilakukan.
Namun, perlu dicatat bahwa gejala yang jelas hanyalah bagian dari masalah yang
sebenarnya.
Metode Penelitian ini bertujuan
untuk mengembangkan tes kecemasan untuk siswa berkebutuhan khusus. Instrumen
non-tes dikembangkan untuk tes ini. Perkembangannya didasarkan pada komponen
kondisi fisik, emosi, perilaku, dan kognitif. Instrumen Observational
Assessment (OA) digunakan mengingat responden yang terlibat adalah siswa
berkebutuhan khusus. Pengembangan instrumen tes dilaksanakan dengan menggunakan
prosedur yang dimodifikasi yang direkomendasikan oleh Mccoach (2013; 277-283). Instrumen tes yang
dikembangkan kemudian difokuskan pada penemuan komponen dan indikator yang
dapat dipahami untuk menilai kecemasan pada siswa dengan kebutuhan khusus.
Komponen dan indikator tersebut ditemukan berfungsi sebagai dasar untuk
pengembangan instrumen tes untuk kecemasan pada siswa dengan kebutuhan khusus.
Penelitian ini dimulai dengan studi yang dilakukan di Sekolah Luar Biasa (SLB)
1 Bantul. Tinjauan
pustaka untuk mengatur definisi kecemasan pada siswa dengan kebutuhan khusus,
diikuti oleh pengembangan instrumen untuk tes kecemasan menggunakan skala
peringkat sumatif yang berasal dari memodifikasi skala Likert. Skala penilaian
sumatif digunakan untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecemasan yang
dialami oleh Siswa dengan kebutuhan khusus. Pilihan yang digunakan dalam skala
adalah Selalu (Sl), Sangat Sering (Sr), Terkadang (Kd), Jarang (Jr), dan Tidak
Pernah (Tp) dengan skor 5-4-3-2-1 untuk pernyataan yang menguntungkan.
Penilaian diterapkan dalam urutan terbalik untuk pernyataan yang tidak
menguntungkan (Setiawan & Mardapi, 2017). Instrumen
yang dikembangkan digunakan untuk mengumpulkan data di SLB dengan melibatkan
102 siswa sebagai responden. Analisis kemudian dilakukan pada data yang
dikumpulkan. Analisis ini termasuk tes validitas item menggunakan EFA (Setiawan
& Fadil, 2017). EFA dilakukan dengan bantuan program SPSS 20.0. Ini
bertujuan untuk mengetahui jumlah komponen yang terbentuk dan item yang valid
untuk pengujian. Reliabilitas instrumen dihitung menggunakan uji Alpha
Cronbach.
Kesimpulan
Pada tahap awal, nilai KMO yang diperoleh adalah 0,770. Nilai loading faktor
yang diperoleh dari uji validitas konstruk menggunakan pendekatan EFA adalah
(> 0,5). Nilai reliabilitas yang diperoleh dari pendekatan Alpha Cronbach
adalah 0,832. Lima komponen ditemukan dari tes kecemasan yang dikembangkan,
ditunjukkan oleh nilai eigen yang diperoleh. Berdasarkan hasil diskusi, dapat
disimpulkan bahwa instrumen tes kecemasan yang digunakan untuk mengidentifikasi
kecemasan pada siswa berkebutuhan khusus adalah valid dan dapat diandalkan.
Daftar pustaka :
Lakshita, Nattaya. 2012. Belajar
Bahasa Isyarat untuk Anak Tunarungu (Dasar). Yogyakarta: Javalitera.
Stuart dan Sundeen, 1998).
Kecemasan adalah tanda dan reaksi yang tidak spesifik
Freud (Calvin S. Hall, 1993). Identifikasi tiga jenis
kecemasan
Mccoach, D. B, dkk. (2013).
Instrument development in the affective domain. New York : Springer.
Setiawan & Mardapi, (2017). Penilaian diterapkan
dalam urutan terbalik untuk pernyataan yang tidak menguntungkan.
Setiawan & Fadil, (2017), Tes validitas item
menggunakan EFA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar