Model
Penilaian Sikap Siswa Sekolah Dasar
By
: Toto Wibawa (2017082047)
Penyempurnaan kurikulum adalah salah satu upaya
peningkatan mutu pendidikan. Upaya itu berhasil jika ada perubahan pola
kegiatan pembelajaran, dari yang berpusat pada guru kepada yang berpusat pada
siswa, serta orientasi penilaian dari yang berorientasi diskriminasi siswa
kepada yang berorientasi diferensiasi siswa. Keseluruhan perubahan itu akan
menentukan hasil pendidikan. Ketepatan penilaian yang dilakukan sekolah dasar,
terutama yang berkaitan dengan penilaian kelas, memperlihatkan pencapaian hasil
belajar siswa. Penilaian dan kegiatan pembelajaran bermuara pada penguasaan
kompetensi yang diharapkan. Selama ini pelaksanaan penilaian di kelas kurang
mampu menggambarkan kemampuan siswa yang beragam karena cara dan alat yang
digunakan kurang sesuai dan kurang bervariasi. Karena keterbatasan kemampuan
dan waktu, penilaian cenderung dilakukan dengan menggunakan cara dan alat yang
lebih menyederhanakan tuntutan perolehan siswa.
Ada tiga domain pembelajaran hasil yang dicapai siswa dalam proses
pembelajaran, yaitu: domain kognitif, afektif, dan psikomotorik (Krathwohl, Bloom, &
Masia, 1973, hlm. 6–7). Domain kognitif adalah hasil dari pembelajaran yang ada
hubungannya dengan ingatan, kemampuan berpikir, atau kecerdasan. Selain itu,
domain afektif mengacu pada hasil belajar dalam bentuk kepekaan dan emosi yang
berhubungan dengan sikap, nilai, dan minat, sementara itu, domain psikomotor
terkait dengan keterampilan atau kemampuan gerak tertentu (Kurniawan, 2014,
hlm. 10-12 ). Sebagai hasil dari pembelajaran, ketiga domain ini memerlukan
penilaian, termasuk model pendekatan tematik terpadu. Pembelajaran yang sukses
didefinisikan oleh perilaku (afektif) serta lingkungan (Retnawati, 2016).
Yang menjadi sorotan pada
penilaiaan sikap siswa yaitu sikap sosial pada ranah afektif. Dimensi penilaian
sikap yang terlalu luas membuat guru sulit menentukan komponen apa saja yang
dapat digunakan sebagai acuan penilaian sikap siswa dan bentuk instrument apa
yang digunakan.
Menurut Setiawan (2018 :12) pada penelitiannya
menjelaskan bahwa proses penilaian sikap sosial pada siswa sekolah dasar
menggunakan menggunakan tiga model instrumen terintegrasi: penilaian diri (SA), penilaian sejawat (PA), dan
penilaian observasional (OA). Hasil penelitian adalah sebagai berikut: (1)
komponen sikap jujur berada dalam kategori A (dipercayakan); (2) komponen
disiplin dalam kategori A (dipercayakan); (3) komponen tanggung jawab berada
dalam kategori B (berkembang); (4) komponen kesantunan berada dalam kategori B
(berkembang); (5) komponen peduli dalam kategori B (berkembang); (6) komponen
kepercayaan adalah kategori A (dipercayakan); dan (7) sikap sosial siswa
terutama dalam kategori B. Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan instrument
penilaian yang mendukung, guru sekolah dasar dapat menilai sikap sosial pada
siswa sekolah dasar.
Daftar Pustaka
Retnawati, H. (2016). Proving content validity of
self-regulated learning scale (The comparison of Aiken index and expanded
Gregory index). REiD (Research and Evaluation in Education),
Krathwohl, D. R., Bloom, B. S., & Masia, B. B.
(1973). Taxonomy
of educational objectives Book 2/Affective domain. New York,
NY: Longmans, Green.
Kurniawan, D. (2014). Pembelajaran terpadu tematik (Teori,
praktik, dan penilaian). Bandung: Alfabeta.
Setiawan, A. & Suardiman, S.P.
(2018). Assessment of the social attitude of primary school students, REiD
(Research and Evaluation in Education), 4(1), 2018. p. 12- 21. DOI: https://doi.org/10.21831/reid.v4i1.19284
Tidak ada komentar:
Posting Komentar